Empat Amalan Menuju Surga
Rasulullah saw. bersabda: "Wahai manusia tebarkan salam diantara kalian, bagikan makanan, sambungkan silaturahim, dan shalatlah diwaktu malam saat manusia tidur. Allah akan memasukan kalian kedalam surga dengan selamat."
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah
Menurut hadits diatas ada empat amalan yang akan menghantarkan manusia kedalam surga. Yang pertama,menebarkan salam. Salam adalah (at-Tahiyah) penghormatan. Orang yang mengucapkan salam berarti ia menghormati orang lain. Salam juga berarti do'a. Orang yang mengucapkan salam berarti ia mendo'akan orang lain agar selamat, mendapat rahmat (kasih sayang), dan juga berkah (bertambah kebaikan) dari Allah swt. Salam adalah etika dalam Islam, ia bukan hanya sekedar say halo tapi ia adalah do'a.
Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling utmaa bagi Allah adalah orang yang lebih dulu memberi salam." (HR. Abu Daud).
Dalam etika bersalam tidak mengenal istilah aku dan kau, miskin-kaya, pejabat-rakyat, pandai bodoh. Tapi siapa yang lebih dulu memberi salam ialah orang yang paling baik. Bukan karena aku kaya dan kau miskin maka kau yang harus lebih dulu mengucapkan salam. karena aku pejabat dan kau rakyat kau yang harus lebih dulu mengucapkan salam. Karena aku pandai dan kau bodoh maka kau yang harus lebih dahulu mengucapkan salam.
Kedua, memberi makan. Dalam Islam memberi makan atau makanan adalah amalan yang mulia hal ini sebagai mana disabdakan oleh baginda Rasulullah saw. :" Sebaik-baik kalian adalah orang yang memberi makan atau mereka yang suka memberikan makanan." Hadist senada pun disampaikan: (Al-Yadul 'ulya khairun min yadi al-sufla) yang artinya: "Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah.". Sungguh indah hadits diatas yang menempatkan orang yang suka berbagi atau sedekah ditempatkan pada posisi sebaik-baik manusia.
Terkait dengan Ith'amut-tha'am ada lima stetment:
Pertama, makan tidak hari ini.
Ungkapan makan tidak hari ini keluar dari mulut para fuqara dan masakin. Bagi orang fakir dan miskin jangankan untuk liburan atau tamasya hanya untuk makan saja tidak ada jaminan. Mereka terkadang terpakasa harus menahan rasa lapar dan rasa lemah. makan bagi mereka ibarat puasa senen-kemis, kadang makan kadang tidak.
Kedua, makan dengan apa. Ungkapan makan dengan apa sering terucap dari bibir kita. "Mah makan dengan apa hari ini."
Ketiga, makan dimana. Lagi-lagi ini pun sering kita ucapkan. Setiap akhir pekan kita sudah biasa makan diluar hanya untuk sekedar peningkatan gizi. Bahkan bagi orang-orang yang berduit sering melakukan kegiatan wisata kuliner.
Keempat, makan siapa. Ungkapan ini sering keluar dari mulut bau politisi busuk. Setiap hari mereka mengatakan:"makan siapa hari ini." Bagi orang seperti ini sering menjadikan orang fakir dan miskin menjadi objek untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Atas nama kemiskinan mereka merampas dan merampok uang rakyat. Makanan mereka bukan nasi lagi, tapi batu, beton, kayu, aspal dan lain-lain. Manusia bermental seperti ini haram hukumnya dipilih lagi pada pemilu yang akan datang.
Kelima, makan dengan siapa. Ungkapan ini keluar dari manusia-manusia berhati mulia yang selalu berbagi dengan sesama. Hidupnya laksana bunga yang selalu berbagi wangi dengan yang lain. Rasulullah pernah menyampaikan: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar