Minggu, 17 April 2011

Puasa beurang peuting

Puasa Beurang Peuting

Basa keur bulan puasa, Epon Supinah ngahaja ngahaja nelepon ka salakina anu aya di panyabaan.
“Apana iraha bade ka lembur the, abdi tos sono hoyong geura pendak?!” Tanya Epon Supinah di tungtung telepon.
“Insya Allah enjing Mih, kumaha Mamih masih keneh puasa?” ceuk Abra bari ngagilirkeun henpunna.
“Puguh nembe kamari bocor, biasana ari istri mah soknaya halangan!”
“Atuh mun kitu mah moal jadi enjing ka lembur the!”
“Har ari Apan sok teu pararuguh kitu?”
“Teu kuat atuh ari kudu puasa beurang-peuting mah!”
   Sumber: Syam Ridwan


Surga dan Neraka

Surga dan Neraka

Konon, Ibnu Hajar al-Asqalani berada disebuah rombongan dengan menggunakan pakaian yang mewah. Ulama itu tampak megah di atas keledainya. Tiba-tiba datang orang Yahudi dengan pakaian dekil dan kotor menghampirinya.
“Syekh, anda pernah mengatakan kalau Nabimu bersabda, ‘Dunia ini bagaikan penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir’. Penjara macam apa yang kau rasakan, sehingga anda berpakaian mewah, dan surga jenis apa yang kunikmati, sehingga kehidupanku seperti ini?
“Ketahuilah. Kamu dengan kehidupan melaratmu dan penderitaanmu di dunia masih masih lebih enak,seperti surga, dibanding dengan siksa dan balasan Allah di akhirat kelak. Sedangkan aku, dengan berbagai kemudahan dan kesenangan yang kurasakan saat ini masih bagaikan neraka bila dibandingkan dengan surga yang mungkin diberikan kepadaku,” jawab Ibnu Hajar.

Sumber: E.S. Hadi

Jumat, 15 April 2011

Empat Amalan Menuju Surga (part 1)

Khutbah Jum'at

Empat Amalan Menuju Surga

Rasulullah saw. bersabda: "Wahai manusia tebarkan salam diantara kalian, bagikan makanan, sambungkan silaturahim, dan shalatlah diwaktu malam saat manusia tidur. Allah akan memasukan kalian kedalam surga dengan selamat."

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Menurut hadits  diatas ada empat amalan yang akan menghantarkan manusia kedalam surga. Yang pertama,menebarkan salam. Salam adalah (at-Tahiyah) penghormatan. Orang yang mengucapkan salam berarti ia menghormati orang lain. Salam juga berarti do'a. Orang yang mengucapkan salam berarti ia mendo'akan orang lain agar selamat, mendapat rahmat (kasih sayang), dan juga berkah  (bertambah kebaikan) dari Allah swt. Salam adalah etika dalam Islam, ia bukan hanya sekedar say halo tapi ia adalah do'a.
Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya orang yang paling utmaa bagi Allah adalah orang yang lebih dulu memberi salam." (HR. Abu Daud).
Dalam etika bersalam tidak mengenal istilah aku dan kau, miskin-kaya, pejabat-rakyat, pandai bodoh. Tapi siapa yang lebih dulu memberi salam ialah orang yang paling baik. Bukan karena aku kaya dan kau miskin maka kau yang harus lebih dulu mengucapkan salam. karena aku pejabat dan kau rakyat kau yang harus lebih dulu mengucapkan salam. Karena aku pandai dan kau bodoh maka kau yang harus lebih dahulu mengucapkan salam.

Kedua, memberi makan. Dalam Islam memberi makan atau makanan adalah amalan yang mulia hal ini sebagai mana disabdakan oleh baginda Rasulullah saw. :" Sebaik-baik kalian adalah orang yang memberi makan atau mereka yang suka memberikan makanan." Hadist senada pun disampaikan: (Al-Yadul 'ulya khairun min yadi al-sufla) yang artinya: "Tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah.". Sungguh indah hadits diatas yang menempatkan orang yang suka berbagi atau sedekah ditempatkan pada posisi sebaik-baik manusia.
Terkait dengan Ith'amut-tha'am ada lima stetment:

Pertama, makan tidak hari ini.
Ungkapan makan tidak hari ini keluar dari mulut  para fuqara dan masakin. Bagi orang fakir dan miskin jangankan untuk liburan atau tamasya hanya untuk makan saja tidak ada jaminan.  Mereka terkadang terpakasa harus menahan rasa lapar dan rasa lemah. makan bagi mereka ibarat puasa senen-kemis, kadang makan kadang tidak.

Kedua, makan dengan apa. Ungkapan makan dengan apa sering terucap dari bibir kita. "Mah makan dengan apa hari ini."

Ketiga, makan dimana. Lagi-lagi ini pun sering kita ucapkan. Setiap akhir pekan kita sudah biasa makan diluar hanya untuk sekedar peningkatan gizi. Bahkan bagi orang-orang yang berduit sering melakukan kegiatan wisata kuliner.

Keempat, makan siapa. Ungkapan ini sering keluar dari mulut bau politisi busuk. Setiap hari mereka mengatakan:"makan siapa hari ini." Bagi orang seperti ini sering menjadikan orang fakir dan miskin menjadi objek untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Atas nama kemiskinan mereka merampas dan merampok uang rakyat. Makanan mereka bukan nasi lagi, tapi batu, beton, kayu, aspal dan lain-lain. Manusia bermental seperti ini haram hukumnya dipilih lagi pada pemilu yang akan datang.

Kelima, makan dengan siapa. Ungkapan ini keluar dari manusia-manusia berhati mulia yang selalu berbagi dengan sesama. Hidupnya laksana bunga yang selalu berbagi wangi dengan yang lain. Rasulullah pernah menyampaikan: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia."

Minggu, 10 April 2011

Membangun Keluarga Sakinah


Membangun Keluarga Sakinah

A.      Bagian Pertama: Fungsi dan tujuan pernikahan
Nikah dalam persfektif Islam berfungsi sangat penting dan luas, karena bukan hanya sebagai langkah menghalalkan pemenuhan kebutuhan biologis dan psikologis saja, tapi juga sebagai Ibadah. Banyak ayat dan hadits yang menerangkan fungsi, hikmah dan tujuan nikah.
Berdasarkan beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw., hikmah dan tujuan nikah itu antara lain sebagai berikut:
1.        Melaksanakan Ibadah
Ibadah dalam Islam tidak hanay bersifat ritual atau upacara belaka, tetapi juga ada yang bersifat social. Salah satu ibadah yang berbentuk social kemasyarakatan adalah membangun keluarga melalui pernikahan. Fungsi yang cukup penting dari pernikahan adalah ibadah.
Perhatikan pula sabda Rasulullah saw:




“Barangsiapa yang Allah rejekikan padanya seorang istri yang shalih, maka berarti ia telah mendapatkan pertolongan Allah dalam memenuhi setengah agamanya. Oleh karena itu hendaknya ia bertakwa kepada Allah dalam memenuhi setengahnya lagi.” (HR. Thabrani dan Hakim)
Agar pernikahan itu berfungsi ibadah, maka tentu saja suami istri harus menempuh langkah yang dapat mewujudkan ibadah seperti:
a). menjadikan iman dan tauhid sebagai dasar keluarga,
b). memberantas kemusrikan dari anggota keluarga,
c). menegakan hukum Islam dalamkeluarga,
d). menciptakan iklimkeluarga yang Islami,
e). mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah swt.

2.        Mengikuti Contoh Rasulullah saw.



“Dari Aisyah diriwayatkan bahwa Rasul bersabda:Nikah itu sunahku. Barangsiapa yang tidak mencintaiku bukan golonganku.”
3.        Memenuhi Hubbusysyahawat


“Manusia telah dihiasi cinta syahwat kepada wanita”.
Ada beberapa langkah yangharus ditempuh agar pernikahan bisa berfungsi memenuhi hubusysyahawat antara lain:
a). menjauhi perzinahan,
b). menutup aurat selain dihadapan suami,
c). memusatkan perhatian kepada suami istri,
d). menyalurkan nafsu birahi hanya kepada suami istri,
e). berusaha saling member kepuasan,
f).bekerja sama untuk orgasmus bersama suami istri,
g). tidak kecewa tatkala tidak berhasil,
h). mema’afkan pasangan apabila tidak memuaskan,
i). menyampaikan terima kasih jika suami istri memperoleh kepuasan,
j). bersyukur kepada Allah apabila mendapat nikmat.
4.        Menekurkan pandangan


“Sesungguhnya nikah itu dapat  menekurkan pandanga.”
5.        Menjaga kesucian farji
Dengan pernikahan suami istri diharapkan bisa menjaga kesucian kelaminnya (HR. An-Nasai), kareana mereka bisa memenuhi kebutuhan biologis secara halal dan suci. Dengan demikian suami istri bisa menjauhi perzinahan.


6.        Meraih sakinah, mawaddah dan rahmah






“Dan diantara tanda-tanda-Nya, allah menciptakan pasangan hidup dari jenismu sendiri, agar kamu meraih sakinah dengannya. Dia menjadiakan diantaramu perasaan cinta dan kasih saying. Sungguh dalam hal ini menjadi bukti kebenaran bagi yang berfikir.” (QS. Ar-Rum:21)
7.        Menjalin Silaturrahim (QS. An-Nisa:1)
Aqad nikah yang dilakukan dengan ijab dan Qabul antara wali pihak wanita dengan mempelai pria, tidak hanya merupakan perjanjian suami istri, tapi juga penyatuan antara keluarga kedua belah pihak. Dengan pernikahan diharapkan kedua keluarga besar suami istri itu menjadi satu rumpun, yang kemudian menjadi umat yang satu.

8.        Mewujudkan generasi shalih (QS. Al-‘Araf:189)
Guna mewujudkan generasi yang shalih, tentu saja harus ada usaha seluruh keluarga terutama suami istri. Tanggung jawab suami istri terhadap anak atau turunannya antara lain:
1.      Menjaga keutuhan futuh tauhid,
2.      Menjaga anak dari pengaruh musyrik,
3.      Mencurahkan kasih saying,
4.      Member nama yang baik, mencukur rambutnya, dan beraqiqah tatkala anaknya berusia tujuh tahun,
5.      Menyusui anak hingga dua tahun,
6.      Mendidik shalat,
7.      Membimbing anak hingga hidup mandiri,
8.      Membina anak-anak hingga menjadi dewasa baik jasmani maupun ruhani,
9.      Menikahkannya jika telah mencapai usia pernikahan,

9.        Meningkatkan kualitas dan kuantitas umat


“Nikahilah wanita yang peranak dan yang dicintai. Sesungguhnya aku akan merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian.” (HR. Abu Daud, Ibn Hiban, dan Baihaqi)
10.    Menciptakan Darun Thayibah untuk mewujudkan Baldah Thayyibah




“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: Ya Tuhan kaami jadikanlah negri ini aman sejahtera, jauhkanlah aku dan keturunanku dari penyembahan berhala.” (QS. 14:35).














Bagian Kedua: Kunci kebahagiaan rumah tangga
Rasulullah saw. bersabda:


“Ada empat yang merupakan kunci kebahagiaan, yaitu: Istri yang shalihah, anak-anak yang shalih, lingkungan yang baik, dan sumber rizki dari negri sendiri.” (HR. Dhailami)
Dari hadits diatas kita dapat memahami bahwa kunci kebahagiaan hidup aitu ada empat yaitu,
1.      Istri yang shalihah
Rasulullah saw. bersabda:

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah” (Al-Hadits)

Allah swt. berfirma:


“Wanita (istri) Shalihah adalah yang taat, lahi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (QS. An-Nisa: 34).


Wanita atau istri shalihah adalah wanita yang benar-benar baik aqidahnyaa, baik akhlaknya dan baik pula ibadahnya serta akan menjadi istri yang benar-benar berbakti kepada suami, pandai menjaga kehormatan diri dan pandai pula menjaga kehormatan suami saat suami tidak disampingnya.
Adaapun cirri-ciri istri yang shalihah:
1.      Taat pada suami,
2.      Menjaga martabat suami,
3.      Mengutamakan izin suami
4.      Tidak membebani suami
5.      Menjaga diri,
6.      Mengasuh dan mendidik anak,
7.      Mensyukuri nafkah suami,
8.      Berhiasa hanya untuk suami,
9.      Memenuhi ajakan suami dengan segera,
10.  Jujur pada suami
11.  Melengkapi dengan ilmu
12.  Membantu keimanan dan ketakwaan suami
13.  Senantiasa menyenangkan hati suami,
14.  Mensyukuri kelebihan dan kekurangan suami,
15.  Menjaga rahasiah rumah tangga.

2.      Anak-anak yang shalih
Anak-anak yang shalih dan berakhlak karimah akan tumbuh secara normal dengan menunjukan kedewasaannya, wawasan yang luas, pemikiran yang selalau di dasari dengan perhitungan yang matang, berbakti dan mampu memberikan sumbangan yang dibutuhkan oleh orang tuadan masyarakat. Sehingga dengan tumbuhnya anak yang berakhlak karimah, seorang ibu yang telah menjalankan tanggung jawab terhadap putra putrinya, pada akhirnya dia dianggap berhasil membentuk jiwa dan watak generasi yang baik, dan generasi yang baik akan berakibat baik kepada perkembangan suatu bangsa dimasa yang akan dating.
3.      Lingkungan yang baik (teman bergaul yang baik)
Rasulullah bersabda:


“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, maka bapaknyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani, dan Majusi.”
4.      Sumber rizki dari negri sendiri
Ketiak seorang lelaki telah memberanikan diri mengambil wanita sebagai istri, dia akan memiliki kewajiban baru yaitu member nafkah keluarga. Ini merupakan kewajiban utama seorang suami yang tidak boleh tidak harus dipenuhi dan berdosa jika melalaikannya.